Saturday, April 6, 2013

Sent.

Aku tak tahu sesak macam apa lagi yang aku rasakan saat ini. Tanganku bergetar habis-habisan kala mengetik huruf demi huruf hingga rangkaiannya bermakna kata maaf. Aku tak tahu apa yang mendorongku hingga akhirnya aku benar-benar menekan tombol kirim. Wanita yang kusapa "Ibu" itu tak kunjung membalas. Aku nyaris tak dapat membayangkan apa yang ada di pikirannya saat membaca pesan itu. Aku hanya merasa bersalah atau semuanya, aku tak tahu apa yang kumaksud dengan "semuanya". Tetapi ada perasaan bersalah luar biasa yang menghantui hatiku, seperti aku telah melukai hatinya. Ia kuanggap seperti ibu kedua bagiku, meski dari gerak tubuhku tak pernah menunjukkan itu. Aku ingin bercerita banyak, ingin berkeluh kesah padanya, tetapi terasa begitu sulit. Ia yang kunamai "Ibu" dalam kontak ponselku, setiap kali melihat wajahnya, ingin sekali bisa dekat dengannya. Perasaan ini sama seperti perasaan pada Ibuku, ingin memeluknya, namun hanya mampu dengan hati, enggan dengan fisik. Maafin Fika, Bu. Maafin Fika yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi Ibu.

No comments:

Post a Comment

what do you think?