Monday, March 29, 2010

Sejarah

Nur Fikrianti/X-4/24
BAB 4

A. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
1. Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tergantunga pada apa yang disediakan oleh alam. Manusia tinggal di alam terbuka seperti hutan, tepi sungai, gunung, goad an lembah-lembah. Keadaaan alam pada masa itu sangat berbahaya, sehingga manusia dalam melakukan perjalanannya cenderung menyusuri tepi-tepi sungai. Hingga di sinilah asal mula mereka menciptakan perahu.

2. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa ini telah mengenal kehidupan berkelompok dengan jumlah orang sekitar 10-15 orang. Mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Setelah persediaan makanan habis di tempat mereka, maka mereka akan berpindah ke tempat yang lain. Mereka telah mengenal adanya pembagian kerja. Kaum laki-laki biasanya bertugas untuk berburu sedangan kaum perempuan bertugas memelihara anak serta mengumpulkan buah-buahan. Dengan demikian, pada masa ini telah terlihat adanya tanda-tanda kehidupan social walaupun masih dalam tingkatan yang rendah.

3. Kehidupan Budaya
Pada masa ini, manusia mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah, dll. Para ahli berpendapat bahwa manusia yang membuat alat-alat itu adalah manusia berjenis Phitecanthropus.
Benda-benda hasil kebudayaan zaman tersebut adalah :
Kapak Perimbas. Tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cra menggenggam. Tempat penemuannya antara lain di Sukabumi, Pacitan, Gombong, Bali, Flores hingga Cina.
Kapak Penetak. Memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas namun lebih besar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu. Ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Kapak Genggam. Bentuknya hampir sama dengan kapak perimbas dan kapak penetak tapi bentuknya lebih kecil. Ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Pahat Genggam. Memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Beerfungsi untuk menggemburkan tanah, untuk mencari umbi-umbian.
Alat Serpih. Memiliki bentuk sangat sederhana. Digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Tempat penemuannya antara lain Sulawesi Selatan, Flore dan Timor.
Alat-alat dari Tulang. Dibuat dari tulang-tulang binatang buruan. Sebagai pisau, belati, mata tombak, mata panah, dll. Ditemukan di Ngandong.
4. Kehidupan Ekonomi Masyarakat
Pada masa ini manusia bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam suatu kelompok beranggotakan 10-15 orang. Ketika persediaan di hutan habis, mereka akan pindah ke daerah lain yang menyediakan kebutuhhan mereka.

5. Kehidupan Kepercayaan Masyarakat
Manusia pada masa ini sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhirkepada orang yang meninggal. Pada masa itu manusia sudah menggunakan akal pikirannya. Dengan adanya penguburan terhadap orang yang meninggal telah menunjukkan awal munculnya kepercayaan manusia purba pada masa ini.

B. Kehidupan Masyarakat Beternak dan Bercocok Tanam
1. Lingkungan alam kehidupan
Pada masa ini manusia mulai tinggal menetap dan bercocok tanam dengan menanam jenis-jenis tanaman untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Mereka juga sudah mulai menjinakkan hewan-hewan seperti kuda, anjing, babi, sapi, kerbau, dll. Kehidupan bercocok tanam ini pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menamnya. Setelah tanah tidak subur, mereka mencari hutan lain.

2. Kehidupan Sosial
Masyarakat memilih tempat tinggal pada suatu tempat tertentu agar hubungan dalam kelompok masyarakatnya semakin erat. Eratnya hubungan itu mencerminkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota kelompok yang lain. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk social. Kehidupan social terlihat dari cara bekerja dengan bergotong-royong.

3. Kehidupan Ekonomi
Pada masa ini, kebutuhan hidup masyarakat semakin bertambah, karena itu mereka menjalin hubungan yang lebih eraterat dengan sesame anggota di luar daerah tempat tinggalnya. Misalnya masyarakat pegunungan menjalin hubungan dengan masyrakat pantai. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing diadakan pertukaran barang dengan barang (system barter). Sistem ini menjadi awal munculnya system perdagangan atau system ekonomi dalam masyarakat

4. Sistem Kepercayaan Masyrakat
Pada masa ini masyarakat telah mempunyai konsep tentang apa yang terjadi dengan seorang yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal roh tersebut, sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk kasus tertentu. Penghormatan dan pemujaan roh nenek moyang merupakan suatu kepercayaan yang berkembang di seluruh dunia.

5. Kehidupan Budaya
Manusia sudah mulai mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik.
Hasil-hasil kebudayaan masyarakat pada masa kehidupan bercocok tanam adalah sebagai berikut.

Beliung Persegi. Benda ini diduga benda upacara. Daerah tempat penemuannya antara lain Sumatera, Jawa, Kalimantan.

Kapak Lonjong. Pada umumnya kapak ini terbuat dari batu kali yang berwarna kehitaman, cara pembuatannya adalah dengan diupam sampai halus.

Mata Panah. Merupakan salah satu perlengkapan untuk berburu maupun menangkap ikan. Mata panah untuk menangkap ikan dibuat bergerigi umumnya dari tulang.

Gerabah. Terbuat dari tanah liat yang dibakar. Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan. Gerabah dihias dengan beraneka ragam hiasan. Sehingga digunakan sebagai sarana mencurahkan rasa seni.

6. Perhiasan
Bahan dasar membuat perhiasan diambil dari bahan-bahan yang ada disekitar lingkungan alam tempat tinggalnya. Seperti tanah liat, batu kalsedon, yaspur dan agat. Dari bahan tersebut manusia biasanya membuat kalung, gelang, dll.

Di samping kebudayaan yang telah berhasil ditemukan oleh para ahli tersebut, juga berkembang kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar. Bangun ini dibangun berdasarkan kepercayaan tentang adanya hubungan antara alam fana dan alam baka. Diantaranya sebagai berikut.

Menhir. Adalah tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenk moyang.

Waruga. Adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat. Terbuat dari batu utuh.

Dolmen. Adalah meja Batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu

Punden Berundak-undak. Merupakan bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dibuat dalam bentuk bertingkat-tingkat

Sarkofagus. Adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat.

Kubur Batu. Adalah peti jenazah yang terbuat dari batu pipih.

Arca. Arca menggambarkan binatang dan manusia seperti gajah, kerbau, harimau, dll.

C. Perkembangan Teknologi Masyrakat Awal Indonesia
1. Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia
Manusia mulai memikirkan berbagai hal untuk dapat melengkapi kehidupannya. Pada masa ini, manusia telah mengenal teknologi, meski teknologi itu masih terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan sederhana yang dibutuhkan. Ketika manusia mulai mengenal logam, manusia telah mampu menggunakan peralatan yang terbuat dari logam. Orang yang ahli dalam pembuatan logam itu disebut undagi dan tempat pembuatannya dinamakan perundagian. Manusia juga mulai mngenal benda-benda yang dibuat campuran antara logam dan perunggu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai dikenalnya logam, pola pikir dan teknologi manusia juga berkembang.

2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Pada masa perundagian, terjalin gubungan dengan daerha-daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Terjadi karena logam yang tersedia terbatas di tempat tertentu dan untuk mendapatkannya dilakukan system tukar-menukar. Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan teknik pertanian. Masayarakat yang sudah mulai mengenal persawahan sudah mengenal perdagangan yang dapat meningkatkan hidup mereka maupun masayrakat lainnya. Pada masa ini perdagangan masayarakat meningkat pesat. Kegiatan perdagangan ini membuktikan bahwa masyarakat dalam suatu daerah belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga perlu memperolehnya dari masyarakat lluar daerah.

3. Kehidupan Budaya Masyarakat
Benda-benda peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam di antaranya :

Nekara perunggu. Merupakan suatu benda kebudayaan yang terbuat dari perunggu. Bentuknya seperti sebuah dandang telungkup. Biasa digunakan untuk memohon turunnya hujan. Nekara yang terkecil disebut Moko. Moko sering digunakan sebagai mas kawin pada upacara perkawinan.

Kapak Perunggu. Berbentuk pahat, jantung atau tembilang. Pola hiasannya berupa topang mata dan pola geometri.

Bejana Perunggu. Bentuknya mirip gitar Spanyol, tetapi tanpa tangkai. Pola hiasannya menyerupai huruf J.

Arca Perunggu. Bentuknya ada yang seperti orang sedang menari, naik kuda, dan memegang busur panah.

Perhiasan. Perhiasan yang terbuat dari perunggu, emas, dan besi banyak ditemukan di Indonesia. Biasanya sebagai bekal kubur. Bentuknya beraneka ragam dan biasa digunakan untuk gelang, cincin, kalung, bandul kalung, dll.

D. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
1. Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang
Pada masa itu telah dapat diketahui bahwa orang sudah mempunyai pandangan tertentu mengenai kematian. Orang sudah mengenal penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal. Orang mulai memiliki suatu pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang itu meninggal. Orang yang emninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Orang yang sudah meninggal itu dapat dihubungi oleh orang yang masih hidup dan sebaliknya. Di samping itu, ditemukan juga bekal kubur. Pemberian bekal kubur itu dimaksudkan sebagai bekal untuk menuju ke alam lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha, masyarakat Indonesia telah memberikan penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang.

2. Kepercayaan Bersifat Animisme
Setelah kepercayaan terhadap roh nenek moyang, kemudian muncu kepercayaan yang bersifat animism. Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa.

3. Kepercayaan Bersifat Dinamisme
Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Kepercayaan ini juga didasari oleh suatu pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan. Seperti terdapat benda pusaka seperti keris atau tombak yang di[andang bisa memiliki kekuatan gaib untuk memohon turunnya hujan.

4. Kepercayaan Bersifat Monoisme
Kepercayaan monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masayrakat. Dari pengalaman itu manusia mulai berpikir, siapakah yang menghidupkan dan mematikan manusia. Sehingga muncul suatu kesimpulan bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yang Maha Besar dan kekuatan itu adalah kekuatan Tuhana YME.

No comments:

Post a Comment

what do you think?