Friday, January 21, 2011

Nathan, Should it End?

Aku belum berhenti menyayangimu hingga detik ini..
Aku tahu (lagi-lagi) semua pasti terjadi..
Aku tahu keegoisan yang amat sangat luar biasa melanda diriku..
Aku hanya ingin waktu bersamamu, hanya boleh kau dan aku..
Salahkah? Mungkin memang salah
Ya, memang salah.
Aku ingin meyakinkan dirimu bahwa aku baik-baik saja di sampingmu,
Kamu bukan beban hidupku...
Karena itulah aku tak pernah benar-benar meninggalkanmu..


Nathan, bukan hakku lagi untuk mempertahankan..
Aku tak pernah ingin mengambil keputusan...
Apapun itu, aku hanya takut akan sebuah penyesalan...


Aku memang bodoh, ya, aku memang tidak pernah sempurna..
Yang paling aku takutkan adalah menjadi beban dalam hidupmu...
Seonggok sampah yang tidak berguna...
Aku serasa terhempas,
Aku sakit,
Aku takut...
Keberadaanku hanya menjadi beban di hidup orang lain..
Aku takut........
Tetapi sayangnya, kau tak pernah memintaku untuk tetap tinggal..
Untuk meyakinkanku bahwa aku bukan beban dalam hidupmu...
Bukan seseorang yang menyusahkan hidupmu...
Bukan seseorang yang sudah tidak berguna...


Dirimu adalah apa yang kamu pikirkan..
Aku ingat, kata-kata itu yang selalu kau ucapkan..
Tapi apa kau tahu?
Terkadang kau butuh orang lain untuk menata hatimu...



Aku lebih memilih kamu bahagia meski taruhannya aku atau kamu harus pergi...
Aku hanya takut....
Takut...
Kau tak pernah sedikitpun meyakinkan aku yang sedang dalam ketakutan ini...
Kau tahu aku butuh dirimu...
Untuk tetap bertahan,
Untuk mengatakan kau masih membutuhkan aku....
Tapi sayangnya itu tidak pernah terjadi...
Aku semakin kehilangan rasa percaya diri...


Mungkin memang pada kenyataanya kau sudah tidak membutuhkan aku..
Mungkin kenyataannya aku memang sudah menjadi bebanmu..
Mungkin memang aku hanya membuat segalanya berantakan....


Kehilangan dirimu seperti kehilangan seorang sahabat..
Tempat aku berbagi suka dan duka...
Tempat aku lebih banyak meluapkan tangisan, bahkan ketika sahabat-sahabatku tidak ada..
Bahkan saat aku takut bercerita kepada teman-temanku..
Hanya kamu yang bisa aku andalkan..
Kehilangan dirimu seperti kehilangan seorang kakak...
Tempat aku meminta masukan...
Tempat aku belajar banyak mengenai hidup,,,
Tempat aku melihat sebuah kedewasaan..
Bahkan sesuatu yang kekanakan..
Kemanjaan..


Mungkin setelah ini aku tak akan menemukan ponselku berdering..
Mendengar isakanmu...
Aku rindu gelak tawamu yang khas itu...
Bahkan isakanmu..
Kini kita ada dalam satu kota yang sama..
Tetapi tak satu kalipun kita bertemu..
Bahkan untuk melihat wajahmu saja mungkin sudah tidak akan ada kesempatan itu...


Aku sudah nyaman berkeluh kesah denganmu..
Dan ketika aku harus berkeluh kesah, aku akan kehilangan itu...
Tak tahu di mana aku harus bercerita, bahkan kepada sahabatku pun sedikit terasa ganjil...

Nathan, aku masih ingat...
Di hari itu aku janji membawakanmu teriyaki..
Sedang kau membawakanku fettucini..
Aku ingat kau janji akan memberikan kado kenangan ulang tahun setiba di Jakarta...


Tapi bahkan mungkin tidak akan ada kenang-kenangan itu...


Aku tentu bukan orang yang setelah berpisah kemudian mencari orang lain...
Menggantikanmu dengan orang lain, lalu mengganti foto-fotomu dengan fotonya..
Mungkin itu pilihan terbaik untuk melupakan sebuah masa lalu...
Tapi aku tidak ingin melakukannya...


Kenangan bersamamu sudah terukir jelas di hatiku...
Tidak akan aku lupakan, Nathan...
Kini aku memberikanmu kebebasan untuk memilih...
Tentu dengan kepala dinginmu..
Apapun yang bisa membuatmu lebih bahagia, aku akan ikhlaskan...


Lebih baik aku pergi daripada harus melihat seseorang tersiksa karena aku...
Maafkan semua kesensitifanku, keegoisanku, kebodohanku...


Kini sudah tidak ada lagi orang bodoh di hidupmu lagi, kan, Nathan?




Dengan-masih-menyayangimu,
Tara

No comments:

Post a Comment

what do you think?