Friday, January 6, 2017

Akhir Merupakan Awal yang Baru

Ini mungkin adalah akhir, akhir dari penderitaan semu dalam tempaan disiplin militer selama lebih dari satu bulan. Tapi akhir berarti awal dari sesuatu yang baru.

7 Desember 2015
Petang itu saya dengan sebagian teman-teman angkatan berangkat dari Rindam Jaya menuju bandara, sedang lainnya sudah berangkat dahulu kemarin dan sisanya menunggu hari esok. Sore itu cukup mendebarkan sekaligus mengharukan. Hari dimana akhirnya saya meninggalkan kota kelahiran, kota penuh hiruk pikuk yang saya tinggali selama 21 tahun lamanya. Isak tangis pecah di antara kesibukan mengurus banyak perlengkapan yang harus dibawa. Perjumpaan saya dengan teman-teman angkatan mungkin singkat, terlalu singkat, hanya kurang lebih 40 hari. Tapi kebersamaan yang telah terbentuk cukup membuat saya pilu harus berpisah begitu saja dengan mereka. Kami mungkin baru mulai begitu dekat dan akrab ketika tiba-tiba harus berjuang terpisah. Teman-teman yang belum berangkat mengantar kami menuju mobil tronton dengan pelukan dan jabatan tangan yang entah kapan akan terulang. Petang itu kami berjanji untuk saling berbagi cerita dua tahun mendatang.

Sepanjang perjalanan saya menikmati lampu-lampu Jakarta malam. Menikmati yang tidak bisa saya nikmati selama dua tahun ke depan. Bagaimanapun, seburuk apapun kota ini adalah rumah saya. Dan rumah adalah tempat saya akan kembali. Ini bukan hanya tentang meninggalkan Jakarta dengan segala kemudahannya. Yang lebih sulit dari semua itu adalah meninggalkan mereka, orang-orang yang terlalu saya sayangi.
Ketika sampai di bandara Soekarno-Hatta, keluarga saya datang untuk mengantar keberangkatan. Disusul teman-teman yang sudah saya anggap keluarga juga datang di detik-detik terakhir sebelum keberangkatan. Pertemuan singkat itu mungkin tidak sesedih yang dibayangkan, karena rupanya saat itu rasa sedih saya terlampau kalah dengan debaran jantung saya ketika membayangkan akan sampai di tempat yang teramat jauh di sana.






Beberapa saat sebelum keberangkatan juga akhirnya kami bertemu pendamping dari BPPSDM Kementerian Kesehatan yang ternyata merupakan orang yang cukup berpengaruh dalam program Nusantara Sehat. Ibu Irma namanya, kami mungkin tim paling beruntung karena mendapat pembimbing se-care beliau.
Pukul 22.40 WIB pesawat yang saya tumpangi take off. Kalimat yang paling tepat mungkin bukan selamat tinggal, tetapi sampai jumpa. Jadi sampai jumpa waktu Indonesia Barat, sampai jumpa lagi Jakarta.



Setelah dua kali transit di Bali dan Timika, akhirnya kami sampai di bandara Sentani, Jayapura. Pertama kali menginjakkan kaki di bagian Timur Indonesia membuat saya cukup takjub saat itu. Dari segi fasilitas mungkin bandara ini jauh dibandingkan dengan bandara di Jakarta sana. Tapi ketika saya keluar menuju teras bandara, yang saya lihat bukan ribuan kendaraan yang memadat melainkan bukit yang terbentang dengan hiasan awan-awan di bagian puncaknya. Detik itu batin saya berkata, “Fik, you’re gonna get a wonderful journey. Trust me.”

No comments:

Post a Comment

what do you think?