Katanya Tuhan ngasih ujian yang nggak melampaui kemampuan hamba-Nya. Apa aku sekuat itu, Tuhan? Sekuat apa aku ini? Hingga segalanya Tuhan limpahkan di satu waktu. Ibarat seorang tentara, aku ini tengah ditembaki oleh timah panas bertubi-tubi. Sakit. Sakit segalanya. Tidak banyak yang tahu. Oh, tidak. Salah. Tidak banyak yang paham. Kebanyakan dari mereka hanya mencoba mencari tahu dari apa yang aku tulis. Tapi mereka tidak benar-benar paham. Kebanyakan dari mereka hanya tahu aku menjalaninya dengan sangat tegar sampai-sampai aku masih mudah tertawa dan tersenyum, bahkan terkadang bercerita seperti segalanya hanya dongeng belaka. Tidak banyak dari mereka yang dapat membaca kesedihan di mataku saat aku tersenyum. Mereka bilang, aku sudah lebih baik. Baru kali ini aku benar-benar menangis dengan suara isakan. Aku baru menyadari, mendengar isakan sendiri jauh lebih menyedihkan daripada mengumpatnya. Aku merasa sangat menyedihkan. Tidak ada yang paham. Tidak ada selain Tuhan. Tapi Tuhan tak kunjung berhenti membiarkan aku diberondong tembakan. Mengapa segalanya berantakan di saat yang sama pula di waktu yang hampir tak mengizinkan aku bernapas? Apakah Tuhan tengah memposisikan aku pada titik terbawah kehidupan? Agar aku belajar banyak tentang hidup? Tentang hidup yang tak hanya diisi oleh aku? Aku paham. Aku tahu segalanya akan berlalu. Segalanya pasti berlalu. Aku tidak akan selamanya ada di bawah, Tuhan akan rangkul aku. Tetapi, apakah kenyataannya semudah "segalanya pasti berlalu"? Apakah semudah orang berbicara? Apakah "Teori relativitas" ada begitu saja tanpa sebuah proses panjang dan melelahkan? Iyakah? Segalanya tidak semudah "nikmati saja prosesnya". Tapi aku hanya salah seorang hamba yang sedang berusaha menikmati sebuah proses. Sekuat itukah aku, Tuhan, sampai-sampai Kau titipkan masalah dalam segala aspek? Perkuliahan, keluarga, sahabat, dan bahkan lebih dari sahabat. Aku lelah, tetapi aku tidak tahu caranya menyerah. Menyerah dengan masalah ini, kemudian diganti dengan yang lainnya. Aku tidak tahu caranya atau memang tidak bisa? Oh, tidak bisa? Kupikir hidup ini seperti permainan. Ternyata lebih rumit dari sebuah permainan. Ini bukan soal meratapi, silahkan kamu coba sendiri rasanya. Kalau bisa, sini kulimpahkan beban ini padamu.
Tuhan, jika aku kuat, mengapa aku ingin menyerah? Mengapa fisikku melemah?
No comments:
Post a Comment
what do you think?