*Diangkat dari kisah seorang teman
*******
Kuhapus air mata ini
Kucoba untuk menahan air mataku ini
Tak bisa
Sekali lagi terjatuh dengan sendirinya
Kucoba untuk melupakannya
Hapuskan memori itu
Kualihkan semua ini
Mencoba untuk fokus pada pendidikan
Tapi tak bisa
Kembali ingatan itu muncul di benakku
Aku tahu kau benci ini
Aku tahu kau tak suka aku seperti ini
Kucoba untuk mengemban pesan-pesanmu
Sekali lagi itu hanya membuat aku teringat
Semakin kucoba untuk melupakannya
Semakin kuat rasa perih ini
Sudah sekian kali aku begini
Terulang memori saat itu
Kau mengatakan hal itu
Aku sulit menerimanya
Sudah sekian lama aku menunggu
Setelah kudapatkan itu
Apa lagi yang kudapat?
Kau menghilang dari sisiku
Kali ini lebih menyakitkan
Lebih dari sebelumnya
Aku tahu
Tak mudah kau mengatakannya
Aku tahu
Kau sulit untuk menjalaninya
Lagi-lagi pendidikanlah alasannya
Aku memang bangga
Ada seseorang yang memperhatikan pendidikanku
Tapi tak tahukah engkau
Aku tersiksa seperti ini
Dekat denganmu
Sudah memberiku satu semangat baru
Mungkin salah
Jika kau anggap aku akan lupa pendidikan karenamu
Karena aku tahu
Kau tak suka aku seperti itu
Karena itulah
Aku ingin kau jadi matahariku
Menerangi hidupku
Aku ingin kau menjadi bintangku
Yang menerangi ku dalam kegelapan
Aku ingin kau menjadi pelangiku
Untuk mewarnai kehidupanku
Tanpamu
Tak bisa aku seperti itu
Seperti keinginanmu
Dalam surat wasiatmu
Aku cukup senang
Walaupun kau hanya bisa melihatku
Meski tak lagi disisiku
Tapi mengapa kini berbeda?
Kau putuskan silaturahmi ini
Ada apa denganku?
Apa yang salah denganku?
Aku senang selalu ada kau
Dalam suka dan dukaku
Meski kau bukan milikku lagi
Cukup jadi penyemangat dalam hidupku
Aku tahu kau tak siap
Aku selalu memaklumi itu
Ku sabar untuk menantimu
Namun
Saat kudengar itu
Tubuhku kaku
Mulutku bisu
Dunia seakan berhenti di saat tak tepat
Di saat hatiku perih tersayat
Kau keluarkan kalimat itu
Aku tahu tak mudah kau begitu
Tapi justru aku yang lebih tersakiti
Aku sudah terlanjur mencintaimu
Apa ku salah?
Rasa ini bukanlah permintaanku
Semua datang dengan sendirinya
Aku tak lagi dapat mengelak
Tak lagi dapat melupakannya
Aku tahu kau juga begitu
Aku tahu kau cinta aku
Sudah berulang kali aku mengatakannya
Sudah berulang kali pula kau mengatakannya
Tapi kenyataan ini
Sungguh membuat hati ku tercabik-cabik
Hatiku terasa hancur berantakan
Oh Tuhan ..
Kembali kuingat saat itu
Kau ucapkan kata putus tanpa tangisan
Aku tahu kau menangis
Aku tahu hatimu menangis
Tak tersirat di wajahmu rasa itu
Sebaliknya denganku
Wajah muramku selalu tergambar
Tak bisa kusembunyikan ini
Air mata ini menetes
Di kala khutbah
Yang seharusnya menentramkan jiwa
Aku sudah mulai melupakan itu
Namun kini
Hatiku kembali tersayat
Kalimat yang terlontar dari bibirmu
Menusuk dalam hatiku
Kali ini lebih perih dari sebelumnya
Tuhan
Mengapa di saat ku seharusnya fokus
Fokus pada ujian yang akan datang
Aku harus mendapatkan ini semua
Wahai engkau belahan jiwaku
Apakah kau tahu betapa sakit hatiku
Tak apa hanya menjadi teman
Teman yang selalu memberiku semangat
Tapi mengapa kini seperti ini?
Teman mungkin tidak
Kau putuskan ini
Tak lagi mungkin aku dekat dengan kau
Aku tahu kita tersiksa
Ku selalu coba untuk setia
Menunggumu hingga kau siap
Meski banyak yang meragukan itu
Tapi kucoba untuk tetap kukuh
Air mata ini terjatuh lagi
Dua kali kau putuskan hubungan ini
Aku bisa memaklumi
Jika aku belum bisa memilikimu
Tapi tak bisa kumaklumi
Jika tak ada lagi hubungan antara kita
Tak lagi jadi teman
Tak lagi jadi sahabat
Hidupku kembali gelap
Tanpa warna-warni indah
Jangan salahkan aku
Jika aku tak bisa jalani amanahmu
Karena kau yang dapat membuatku menjalaninya
Aku tahu ini bukan akhir segalanya
Tapi aku merasakan itu
Rasa ini lebih dari segalanya
Bahkan mungkin lebih dari rasa cinta ini
Aku tak tahu
Mengapa kau ucapkan itu
Padahal kutahu
Kau masih mencintaiku
Beragam opini mengenai kau
Tak peduli aku
Kau orang yang sulit ditebak
Sulit terbuka
Sulit peduli dan peka akan sekitarmu
Akan kubantah itu
Akan kucoba untuk membuatmu
Tak seperti opini-opini itu
Meski terkadang memang benar
Tapi aku merasakan perubahan pada dirimu
Setelah kukeluarkan segala uneg-unegku
Air mata ini kembali menetes
Tak kuharapkan memang
Jatuh dengan sendirinya
Mengingat peristiwa ke peristiwa lain
Wajahmu mengalihkan duniaku ...
Kalimat itu ...
Aku selalu meneteskan air mata ini
Jika kembali teringat kalimat yang pernah kau ucapkan itu
Aaaah lagi-lagi
Entah berapa tetesan sudah
Tak terhitung lagi
Air mata ini mewakili pedihnya hatiku
Jika seratus kali air mata ini menetes
Maka seratus kali lipat kepedihan ini
Kau belahan jiwaku
Aku akan tetap setia
Aku akan menunggumu
Jika kita berjodoh
Maka kelak kita akan bersama
Itukah yang engkau katakan?
Aku sangat mengaharapkan itu pula
Percayalah,
Aku akan tetap setia
Tak peduli anggapan orang
Tak peduli keraguan orang
Dan kuharap kau juga begitu
Aku ingin kau menjadi pondasi hidupku lagi
I must strong
I’ll wait you ...
*******
NB :
Pesan untuk temanku,
Percayalah ini bukan akhir dari segalanya
Kita masih punya ALLAH
Tempat pengaduan, tempat berkasih sayang, juga pondasi hidupmu
Tanpa ****, semua akan berjalan baik
Kau hanya butuh ALLAH dalam hidup ini
Jangan terpaku hanya pada ****
Kau masih punya umur panjang
Manfaatkanlah sebaik mungkin
Jika ini yang terbaik,
ALLAH lah yang telah menentukannya
Nomor satukan ALLAH
**** pasti melakukan ini karena ... She loves and care for you ...
She won’t let you forget everything just because of her.
No comments:
Post a Comment
what do you think?