Well, I........ finally got a title behind
my name!
Alhamdulillah,
Nur Fikrianti, A.Md.Gz.
Pikiran saya melayang kembali pada tiga
tahun yang lalu saat saya menuliskan "Nur Fikrianti, S.Gz." pada
salah satu lembar notes saya. Memang, menjadi seorang ahli gizi bukan cita-cita
saya, bukan impian saya. Sedari kecil saya mempunyai mimpi untuk menjadi
seorang designer, entah interior designer, fashion designer, graphic designer,
atau bahkan arsitek. Bahkan tidak pernah ada sebersit rasa di hati saya untuk
terjun di dunia kesehatan, tidak seperti kebanyakan anak-anak lainnya yang
bercita-cita menjadi dokter. Jujur, saat saya menuliskan nama dengan gelar S.Gz.
dan menuliskan pilihan ilmu gizi pada pilihan SNMPTN saya pada waktu lampau
bukanlah didasari oleh sebuah impian dan keinginan. Saat itu entah kenapa saya
hanya berpikir bahwa jurusan gizi itu mudah dipelajari, hanya belajar berkaitan
dengan biologi (pelajaran yang paling saya sukai di antara bidang IPA), belajar
karbohidrat, protein, lemak, dan kawan-kawan, serta pikiran yang menyepelekan
lainnya. Saya berpikir jurusan ini ringan, saya mungkin nggak perlu susah-susah
belajar matematika, fisika, dan konon kata teman-teman saya gizi sekarang lagi
ngetren. Konyol? Iya, sangat. Atas dasar itu saya pilih Ilmu Gizi IPB di bawah
Arsitektur UI.
Singkat cerita akhirnya saya tiba di salah
satu kampus kesehatan Poltekkes Kemenkes Jakarta II dan memilih gizi yang merupakan
jurusan terfavorit dan jurusan yang menurut saya paling oke di antara jurusan
lainnya. Saat saya dinyatakan tidak lulus SNMPTN dan lulus Sipenmaru Poltekkes
di hari yang sama, sama seperti pelajar lain yang tidak lulus saya masih belum
bisa mengikhlaskan takdir yang digariskan. Hingga seorang teman menyadarkan
saya dengan perkataannya "Wih, hebat keterima gizi, lo kan emang mau gizi
juga kan pas SNMPTN?" Saya diam dan merenung, lalu mulai meluruskan niat
saya. Menyadari bahwa nikmat Tuhan yang manakah yang ingin saya dustai?
Meskipun bukan di tempat yang saya inginkan, tapi di sinilah saya sekarang
dengan pilihan terbaik yang sudah Tuhan tentukan.
Belajar ilmu gizi tidak semudah yang saya
pikirkan, bahkan betul-betul bertolak belakang dari pikiran saya. Terlepas ini
karena kurikulum kampus saya yang bagaikan akademi militer, atau memang kuliah
gizi serumit ini? Tiga tahun saya ditempa, bukan dituntut untuk paling pintar
tentang gizi, tapi dituntut untuk menjadi seorang yang profesional. Soft skill lesson
yang tidak akan saya dapatkan jika bukan karena kuliah di sini. Titik tertinggi
dan titik terendah telah saya lalui di kampus ini. Dari awalnya selalu menangis
di setiap Minggu malam karena harus memulai minggu perkuliahan, sampai saya
bisa menemukan jutaan tawa di setiap sudut waktu-waktu saya di kampus. Dari
selalu mengeluh sampai saya lelah mengeluh dan mendoktrin diri bahwa hari ini
pasti berlalu, pun begitu seterusnya. Puluhan malam sudah saya lalui di selasar
kampus demi tugas-tugas akademik dan non akademik. Ratusan hari berkualitas
bersama teman-teman di luar kampus telah saya abaikan demi ratusan deadline.
Saya bahkan pernah merasa masa muda saya telah direngggut oleh perkuliahan yang
tak berperikemahasiswaan ini. Sampai ketika saya berhasil melalui tahun pertama
dengan deraian air mata, tibalah saya pada masa semester tiga di mana semester
tersantai yang ada (jangan bayangkan kuliah hanya 3 hari, dan pulang siang).
Meskipun tetap kuliah 5 hari dalam seminggu, dan masih harus pulang sore di beberapa
kesempatan, tapi entahlah semester 3 hanya ada 1 mata kuliah praktik di
laboratorium, tidak ada mata kuliah dietetik dan kawan-kawannya, dapat IP
tertinggi sepanjang perkuliahan, tidak ada latihan inaugur, tidak ada latihan
English Performance Show. Di sinilah titik balik saya selama perkuliahan,
teman-teman di kelas juga mulai berbaur, mulai terbuka, saya sudah mulai bisa
menerima keadaan. Saya juga mulai memacu otak untuk berpikir positif. Lewat
kuliah ini, saya tetap bisa menjadi seorang graphic designer dengan membuat
berbagai media (poster, leaflet, pamflet,dll) untuk promosi kesehatan melalui
mata kuliah Penyuluhan dan Konseling Gizi, saya bahkan tetap bisa jadi seorang
arsitek sekaligus interior designer dengan membuat layout dan alur unit produksi
makanan melalui mata kuliah Managemen Sistem Penyelenggaraan Makanan. Banyak
hal yang membuat saya akhirnya sedikit demi sedikit menerima gizi sebagai
bagian dari hidup saya. Dan tepat setelah semester 3 berakhir, semester 4
datang dengan segudang tugas yang mengharuskan pulang larut (LAGI) karena jam kuliah
full hingga jam 4 / 5 sehingga hanya tersedia waktu mengerjakan tugas
setelahnya hingga larut. Saya mulai terbiasa dengan keadaan ini. Saya mulai
menganggap kampus adalah rumah kedua saya. Saya tidak banyak berpikir saat
harus tinggal hingga larut di kampus. Saya hanya harus menjalaninya,
menyelesaikannya. Sungguh suatu proses yang tidak akan pernah saya lupa.
Saya baru menemukan sebuah tujuan hidup
setelah saya berada di jurusan ini, yaitu menjadi orang yang bermanfaat bagi
orang lain. Klise memang, setiap orang yang berbuat baik pasti akan bermanfaat.
Entahlah tapi ini berbeda, seperti ada yang menggetarkan hati saya ketika
melihat anak-anak kelaparan dan sangat kurus di Timur sana. Seakan-akan mereka
melambai-lambai meminta tolong pada saya. Bahkan setiap orang yang hidup butuh makanan, selama itu pula ahli gizi dibutuhkan. Maka tidak salah Tuhan menempatkan
saya di sini, karena sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat, dan salah
satu amalan yang tidak terputus saat kita telah tiada adalah ilmu yang
bermanfaat.
Kini, saya telah tiba di penghujung. Proses
hingga ujian proposal telah saya lalui, segala jenis PKL telah saya tunaikan,
hingga penelitian dan pengolahan data yang saya lakukan hanya dengan kurang
dari satu bulan telah saya selesaikan, sidang akhir Karya Tulis Ilmiah telah
saya taklukkan. Tiga tahun saya sudah berjuang, mengorbankan banyak hal,
melalui proses tempaan soft and hard skill hingga menjadi pribadi yang lebih
dewasa, lebih matang. Saya betul-betul merasakan bahwa kuliah bukan hanya demi
gelar, bukan hanya demi nilai, tapi ini tentang menemukan cara berpikir,
pendewasaan diri, dan proses belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
One step closer to graduation means one
step closer to the real Nur Fikrianti, A.Md.Gz. It also means one step closer
to Nur Fikrianti, S.Gz. Bismillah semoga Allah meridhai dan ilmu saya
bermanfaat bagi semua orang.
No comments:
Post a Comment
what do you think?