Kau tahu? Langit seringkali mendung belakangan ini. Entahlah, aku hanya menerkanya karena tak kulihat satupun bintang di hadapanku. Kukira aku akan sungguh menjadi seperti namaku, maksudku menjadi bulan, benda angkasa yang kini kulihat hanya seorang diri. Berpendarpun enggan. Bahkan untuk memancarkan cahayapun ia butuh matahari. Sudah lama aku merasakannya, hanya cahaya redup seadanya yang kupancarkan layaknya bulan itu. Tapi maaf bulan, bukannya aku tak setia kawan, bukannya aku tak ingin menemanimu dengan nasib yang sama. Aku telah menemukan bintangku, oh, ditemukan tepatnya. Kau tahu? Aku begitu bahagia ketika bola mataku dapat menangkap cahaya benderang itu. Langit tak selamanya mendung, kawan. Buktinya, bintang hadir di sisiku.
Matahari, telah berjasa banyak pada bulan. Ia berhutang banyak padanya. Tapi matahari dan bulan tidak akan pernah bisa beriringan, kan? Bukankah itu hukum alam? Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa diceritakan oleh manusia. Tentang matahari, bulan, bintang, bahkan tentang aku dan kamu sekalipun.
Ketika aku mengenalmu, aku sama sekali tidak memedulikanmu. Aku rasa dalam hidupku ini, pertemuan pertama tak berarti banyak dalam perasaan. Entah mungkin hanya aku yang begini, atau kau juga begini. Aku tak pernah berpikir banyak mengenai dirimu. Yang kuingat, aku memperhatikan satu hal yang pada akhirnya kau ketahui. Kau sangat terkejut saat itu. Bagaimana mungkin seseorang yang terlihat tak peduli padamu memperhatikan hal-hal kecil seperti itu? Kau memang orang baru bagiku, begitupun aku yang baru saja hadir di hidupmu. Tetapi kini kau paham bahwa rasa keingintahuanku pada hal-hal tertentu dapat seketika meningkat tajam. Ini karena aku mengenalmu sebelum kita bertemu. Tidak, aku hanya tahu namamu tanpa pernah bercengkerama, bahkan wajahmu saja aku tidak tahu. Hal ini membuat kau memandangku seperti orang yang sangat misterius, bukan? Tidak ada yang lebih menyenangkan selain membuat orang lain penasaran. Ya, aku menyukainya.
Pernah suatu hari, di suatu tempat di mana kita benar-benar bertemu dan mengenal. Aku hanya mengasingkan diri ketika yang lain sibuk bersua. Saat itu aku mulai mencuri pikiranmu. Membuat kepalamu penuh dengan tanda tanya. Sekali lagi, aku suka ini. Beberapa hari setelah pertemuan itu, ada pertanyaan yang hinggap di kepalaku. Apa yang harus kulakukan dan kukatakan ketika bertemu denganmu suatu hari nanti? Menyapa? Tersenyum? Memanggil? Sungguh, ini bukanlah sesuatu yang penting untuk dipikirkan. Lama setelahnya, aku banyak menghindar ketika kita nyaris bertemu. Hingga kita benar-benar bertemu, kau-yang lama tak kulihat- tiba-tiba muncul di hadapanku, baru saja keluar dari sebuah ruangan. Aku tersenyum sesaat kemudian bergegas pergi. Oh Tuhan, setelah itu aku baru tersadar bahwa aku telah tersenyum padamu. Yang kuingat, saat itu aku terburu-buru, setengah berlari dan tersenyum begitu saja. Aku baru sadar itu kau. Tapi kau tak membalas senyum itu sedikitpun. Kupikir kau tak melihatku sebelum aku kemudian yakin bahwa aku melihat matamu. Bola mata kita bertemu, aku benar-benar yakin. Tapi yang kudapat tak lebih dari laki-laki yang memalingkan wajahnya ketika seorang perempuan tersenyum padanya. Bagaimana bisa, ketika aku pernah berpikir keras mengenai apa yang harus kulakukan saat bertemu denganmu, kau malah berlalu begitu saja seakan tak mengenaliku?
Banyak hal yang telah aku dan kau lewati sebelumnya. Aku bahkan mengingat hal-hal kecil yang tak pernah kau ingat. Begitulah perempuan, selalu membiarkan dirinya terhanyut dalam kenangan. Mungkin itu alasan mengapa perempuan sulit bangkit dari masa lalunya.
Aku tak menyangka akan bertemu seorang Bintang. Yang kembali membuat jantung ini berdegup begitu cepat, yang mampu membuat hati ini berdesir kembali. Ada banyak hal yang mengejutkanku. Juga masa lalu yang sama-sama membuat kita bertemu pada titik ini. Aku bahkan mengenalmu jauh sebelum kita bertemu. Aku tak tahu, apakah ini yang dinamakan takdir? Mengenalmu mengingatkanku banyak hal. Aku kembali membuka lembaran lama. Ya, aku menemukan wajahmu dalam sebuah album foto. Kemudian kuingat baik-baik namamu. Bintang, aku seperti pernah mengenalnya. Aku pernah menyebutkan namamu. Tidak, tidak ada nama temanku yang sama dengan namamu. Tapi aku yakin aku pernah melihat, menulis dan membaca namamu. Kemudian aku teringat bahwa benar, aku kenal namamu tanpa pernah mengenali wajahmu.
Lalu mengapa, mengapa baru sekarang Tuhan mempertemukan kita? Mengapa saat itu waktu tak membiarkan kita bertemu, saling menyapa, dan berkenalan? Mengapa saat itu kita masih dalam keadaan yang sama? Menyayangi dengan tulus orang yang pada akhirnya menyakiti kita? Mengapa? Terlalu banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepalaku. Baiklah, harus kuakui, tak ada yang bisa menandingi skenario yang luar biasa dari Tuhan.
Meski siang dan malam masih berputar, matahari masih memancarkan cahaya yang terang benderang, bulan tetaplah bulan yang kesepian dengan cahaya seadanya. Tapi langit tak lagi mendung, bintang berpendar seakan memberi semangat pada bulan, bahwa ia tak pernah sendiri. Dan bintang, tetap pada gugusnya meski terkadang kehadirannya terhalang oleh langit mendung. Aku, Bulan, tak lagi sendiri, ada Bintang di sisiku. Bintang juga matahari, bukan?
Aku yang pernah redup,
Bulan
♡✿♡
No comments:
Post a Comment
what do you think?