Hi!
Sudah lumayan banyak kisah Tara & Nathan yang aku post di blog ini dengan tag 'Tara Journey" atau "cerbung". Tapi, sayang banget, aku pikir posting mengenai Tara & Nathan ini nggak akan aku lanjutkan lagi. Ya memang dasarnya kisah Tara & Nathan sudah berakhir. Sebetulnya terlalu berat hati untuk mengakhiri tulisan mengenai Tara & Nathan ini. Karena aku suka dengan karakter seorang Tara di sini yang sangat mengagumi sosok Nathan. Tara mencintai dan menyayangi Nathan dengan sangat sempurna. Meskipun Nathan sudah berulang kali menyakiti Tara, si Tara ini masih terlihat begitu mengagumi sosok Nathan dan nggak pernah membencinya. Coba deh di dunia nyata, jarang banget kan ada orang yang kayak gini? Rasa-rasanya bisa membawa kita untuk bilang "beruntung banget Nathan" atau "Nathan pasti nyesel ninggalin Tara". Dan walau Tara sangat mengagumi sosok Nathan, rasa itu hanya berhenti di situ. Sudah tidak ada lagi perpaduan rasa sayang, cinta, benci dan amarah di dalamnya.
Banyak orang yang bertanya-tanya, "Fik, itu cerita lo apa karangan?" atau ada yang langsung to the point "Itu curhat ya, Fik?" hmmm pertanyaan itu nggak salah buat diajuin dan judgement itu pun nggak seratus persen salah. Well, aku banyak terinspirasi dari kisahku sendiri sebetulnya. Banyak banget pelajaran hidup yang aku dapet di usia yang masih terbilang muda. Bahkan di umur 15-16 aku sudah mendapati kenyataan yang membuat aku harus berkata "Please, ini ftv banget." atau "Gue kira hal-hal kayak gini cuma ada di ftv. Busuk." atau bertanya "Kenapa sih harus gue yang ngerasain kayak gini?". Bahkan banyak di antara mereka yang bilang "Gila ya, Fik. Gue kira lo adem ayem aja gitu, tenang, happy terus. Ngga taunya complicated banget." Lalu muncul pertanyaan di benakku, "Am I that smart to pretending to smile?"
Tapi gini, ketika pingin share dan ngeluarin uneg-uneg, aku cenderung lebih suka menulis. Nah, kamu tau, saat merasa tersakiti, rasanya kamu ingin mengeluarkan segala yang jelek-jelek tentang orang itu yang menyebabkan kamu sakit, kan? Aku berusaha menghindari hal itu. Jadi di kisah Tara Nathan ini aku nggak sepenuhnya memasukkan karakter pribadi aku di situ. Kalo boleh jujur, bahkan karakter Tara terlalu sempurna buat ada di diri aku. Belakangan, posting mengenai Tara Nathan ini lebih banyak terima kasih dan maaf yang diucapkan Tara buat Nathan, kenapa? Jujur, aku memang berterima kasih sekali kepada masa lalu yang mengajarkan banyak hal, meskipun aku harus merasakan sakit dan terjatuh berkali-kali. Aku juga menyelipkan permohonan maaf karena di saat terakhir, di saat dia kembali, rasa yang dulu itu telah mati. Aku pernah merasa bersalah atas apa yang tidak aku kehendaki. Aku pernah takut jadi orang jahat di matanya.
FAQ
Q: Lo masih sayang mantan lo ya?
A: Duh, pertanyaan ini selalu terulang tiap kali aku ngepost Tara & Nathan. But, I swear, aku juga nggak tau apa yang kurasa, semuanya biasa aja, datar, apa aku harus bilang iya kalo jawabannya enggak? It's not because i found another, tapi ya memang kenyataannya udah nggak ada rasa apa-apa. Mau aku cerita menggebu-gebu tentang kesakitanku di masa lalupun, aku udah nggak merasa sakit saat ini. Yang aku bilang sakit, ya itu di masa lalu.
Q: Maksud lo apa sih nulis postingan tentang Tara & Nathan?
A: Sebetulnya lebih ke sharing dan nyalurin hasrat buat nulis aja sih. Pengen nulis secara 'curhat', tapi terlalu frontal kalo curhat gitu aja, yang ada malah aku jelek-jelekin orangnya. Kalo lewat Tara & Nathan ini kan bahasanya halus dan orangpun jadi berandai-andai gimana sih sosok Tara dan Nathan di kehidupan asli. Karena kalo baca surat dari Tara untuk Nathan, pasti orang akan bayangin sosok Tara dan bayangan yang muncul di pikiran mereka biasanya bukan aku :p Kadang-kadang aku juga menyisipkan pesan-pesan, kalo kalian pikir baik-baik, pesan itu pastinya nggak cuma buat mantan, tapi buat orang-orang yang ngerasa "ih, ini kisah gue banget."
Q: Kalo dilihat dari tanggal postingan, kayaknya masih baru banget ya?
A: Sebenernya nih ya, ketika aku nulis tuh kejadiannya udah lama banget. Contohnya aja waktu itu aku pernah nulis bulan Maret atau Juni 2012, padahal inspirasi kejadiannya itu di bulan Oktober 2011. Ya semacam itulah, cuma saat itu aku lagi pingin ngerangkai kata-kata aja, jadi kisah di bulan Oktober itu menginspirasi aku.
Q: Perbedaan karakter Tara dan Nathan dengan yang nyata apa?
A: Perbedaannya fatal banget. Coba aja, setiap baca kisah itu seakan-akan si Tara ini ikhlas banget dapet cobaan bertubi-tubi, disakitin, dan lain-lain. Sedangkan aku enggak sebegitunya. Tara juga menyayangi Nathan dengan sangat sempurna, seakan-akan Tara masih sayaang banget sama Nathan hingga detik ini. Itu karena pemilihan diksi aja yang membuat efek seakan-akan Tara masih sayang Nathan :p Padahal di situ ditulis Tara udah nggak ada rasa apapun. Sama kayak aku, sama-sama udah nggak ada rasa, tapi efek seakan-akan aku masih sayang itu nggak ada. Terus, Nathan di situ juga seakan-akan cowok yang sempurna banget buat Tara.
Q: Kalo mantan lo atau ada orang yang ngerasa tersinggung sama postingan lo tentang ini gimana?
A: Kalo mantan yang protes, itu aku anggap suatu kewajaran. Memang kisah ini kan terinspirasi dari kisah yang dia buat juga di masa lalu, tapi ya aku cuma bisa minta maaf. Aku pun nggak ada maksud negatif atas semua postingan ini, aku berusaha menggunakan bahasa yang sehalus dan serapi mungkin. Dan aku juga mengemas cerita ini dengan karakter yang berbeda dengan karakter aslinya. Ketika aku menulis sebagai Tara, yang ada di bayangan aku ya sosok Nathan, seseorang yang entah siapa yang pernah disayangi Tara dengan sangat sempurna. Aku juga jadi ikut tenggelam dalam karakter Tara yang polos. Begitu juga saat aku membaca hasil tulisanku, yang aku bayangkan ketika membaca cerita ini ya Nathan. Sosok Nathan yang nggak pernah aku temui di kehidupan nyata. Tapi aku nggak pingin berhenti menulis karena dikritik seperti itu, aku suka merangkainya jadi sebuah cerita baru. Kalo ada orang lain yang protes juga, ya aku nggak ngerti juga, karena kalopun ada pesan-pesan yang Tara tujukan ke Nathan, itu mungkin bisa dicerminkan menjadi pesan-pesan aku ke mantan, bukan untuk orang lain secara spesifik. Jadi ya aku cuma bisa minta maaf, dan aku nggak pernah kepikiran buat berhenti nulis karena kritikan-kritikan itu.
Q: Kepikiran nggak buat ngepost cerita kayak gini tapi tentang lo sama si 'another' itu?
A: Yap. Sewaktu menulis "Nathan dan Masa Lalu" sempat terlintas keinginan untuk menyudahi postingan mengenai Tara & Nathan. Mungkin juga sudah nggak ada lagi yang bisa aku tulis. Dan ya, aku sempat berpikir untuk memosting tulisan sejenis ini dengan kisah dan tokoh yang berbeda. Tapi, aku nggak tau akan seperti apa jadinya. Karena kisah aku sekarang masih tenang. Berarti ceritanya bahagia aja dong? :p Terkadang, aku baru bisa terinspirasi ketika aku merasa terusik :p
Jadi, Tara & Nathan berakhir? Entahlah. Aku rasa sampai di sini aja, tapi tidak menutup kemungkinan suatu saat akan ada postingan serupa. Terima kasih yang sudah setia membaca :) Semoga menginspirasi.
F I K A
No comments:
Post a Comment
what do you think?