Nathan,
Sudah lama sekali rasanya kita tidak berjumpa. Hingga takdir yang tak pernah kuinginkan memutuskan kita untuk bertemu pada akhirnya. Kukira, hari kemarin itu merupakan hari terakhir pertemuan kita.
Nathan,
Entahlah...
Aku rasa aku memang sudah benar-benar berhasil mematikan rasa itu. Bukan aku tepatnya, keadaan. Aku tidak pernah mencoba sedikitpun berusaha menghilangkan rasa itu, tapi ia menghilang dengan sendirinya.
Pertemuan itu... Akupun merasa tidak ada yang harus aku lakukan. Aku tidak perlu menyapamu sedikitpun. Karena sungguh aku tidak ingin mencampuri hidupmu sedikitpun lagi.
Kau datang... Menanggalkan masa lalumu. Menghampiriku yang sedang terdiam di sisa-sisa keramaian. Entahlah, hatiku belum tersentuh rasa itu kembali.
Nathan,
Harus kuakui, kau berbeda, telah berubah. Kau telah meninggalkan masa lalu atau masa depanmu itu.. Lalu menghampiriku.
Maaf Nathan, aku belum siap untuk kau hampiri..
Aku sungguh masih baik-baik saja di sini tanpamu. Maaf, tapi rasa takut itu masih terus bersarang dalam diriku. Semuanya berkecamuk, tetapi bedanya, aku sudah jauh lebih tenang dibandingkan yang dulu.
Hari demi hari rasa itu tidak pernah muncul lagi meski kamu telah berusaha..
Meski terkadang hatiku selalu bertanya-tanya kenapa kamu baru datang hari ini?
Kenapa kamu pernah menyia-nyiakan kesabaran dan ketulusanku?
Kenapa kamu benar-benar berubah setelah aku kehilangan rasa itu?
Sungguh aku terkadang menyesali hal itu...
Andai saja kau lebih cepat, benar-benar berubah sebelum rasa itu benar-benar beranjak dari hatiku.......
Mungkin saja ada kesempatan lain yang terselip di dalamnya..
Hingga pada akhirnya ketika kau harus pergi lagi meninggalkanku..
Membiarkan aku dengan duniaku dan kau kembali pada duniamu..
Aku baru sadar bahwa aku masih membutuhkanmu, lebih tepatnya lagi-lagi aku membutuhkanmu..
Satu hal yang aku sadari, meski rasa itu telah pergi tetapi sampai saat ini aku merasa hanya kau laki-laki yang mengerti aku selain Ayahku..
Hanya kau yang paham, hanya kau yang benar-benar bisa peduli dalam jangka waktu lama..
Meski sepertinya aku dibutakan oleh hal itu..
Tapi sosok kakak yang ada pada dirimu tidak pernah sedikitpun pudar hingga saat ini..
Ya, meski rasa itu telah hilang..
Hari itu aku tidak bisa melepaskanmu pergi.
Mungkin benar kata orang, kita akan sadar betapa pentingnya seseorang ketika telah kehilangan dia..
Mungkin hal itu juga yang kau rasa ketika kau datang kembali dalam hidupku..
Aku tidak bisa membiarkanmu pergi, Nathan.
Maafkan aku, aku kembali lemah..
Tetapi, hari ini aku berpikir..
Apakah tidak bisa membiarkanmu pergi itu artinya aku kembali menyayangimu?
Entahlah, saat itupun aku tidak tahu apakah rasa itu telah kembali..
Nathan,
Maafkan aku....
Aku rasa... Rasa itu tidak pernah ada lagi..
Hanya aku yang tidak bisa mengartikannya..
Hanya aku yang tidak bisa membedakan antara kerinduan dan rasa sayang..
Nathan,
Hari ini aku tersadar...
Mungkin saja hari itu bukanlah hari dimana rasa yang dulu kembali lagi...
Melainkan hanya sekedar rasa rindu yang lama telah bersarang di hatiku, hanyalah rasa kesepian dan kehilangan....
Nathan,
Aku rasa diri kita masih sama-sama belum bisa mengerti...
Entahlah, sepertinya berapa kalipun kita bersama,
Aku rasa kita memang tidak ditakdirkan bersama....
Setiap saat aku merasa gagal...
Sampai detik inipun aku belum mengerti
Aku begitu merasa terusik
Aku merasa semuanya sudah tidak bisa seperti dulu seberapa kuatpun aku mencoba..
Entah mungkin mencoba mengembalikan rasa itu...
Mungkin aku selalu gagal......
Juga rasa kecewa yang berlarut-larut muncul..
Aku yakin suatu saat akan ada persoalan yang muncul kembali..
Hal yang berulang-ulang terjadi.
Nathan,
Maaf...
Atau mungkin..
Diriku yang memang belum siap........
Semuanya akan lebih baik jika aku sendiri bersama duniaku..
Tanpa kamu, Nathan
Maaf...
Sepertinya Tuhan memang tidak pernah menakdirkan kita untuk bersama...
Kalaupun tidak, suatu saat kita pasti akan bertemu lagi...
Terimakasih, Nathan..
Maafkan aku karena selalu gagal..
-Tara-
No comments:
Post a Comment
what do you think?