Monday, October 13, 2014

Pekat

rebloggy.com


Pekat. Sepekat langit malam itu. Dusta kalau kau bilang aku bahagia. Dusta. Sedusta gerhana yang mendustai takdirnya malam itu. Merah darah menjadi saksi sumpahmu kala kau berjanji untuk datang malam itu. Pun matahari telah merelakan sedikit waktunya yang sempit untuk sekadar menyapamu. Angkuhnya kamu justru tak sedikitpun mau menoleh. Langit malam itu pekat. Sepekat genangan yang mampu dengan jelas meninggalkan kenangan dalam bayang. Sepekat bulir yang tak lagi malu menetes dalam deras. Katamu semua akan sempurna, nyatanya langit tak lagi siap menerima. Kau dustakan aku tanpa kau rengkuh. Katamu ini bukan yang terakhir, tapi tak ada yang tahu takdir. Sepatutnya aku tak khawatir, kalau takdir saja bisa kau kelabui. Sembunyikah kamu dalam tabir, saat aku hanya mampu menatap kelabu?

No comments:

Post a Comment

what do you think?