Sunday, December 16, 2012

Nathan dan Masa Lalu

Dear Nathan,

Mungkin kau kira aku tak akan pernah menulis mengenai dirimu lagi. Tetapi tenang saja, aku bukan sedang merindukanmu, atau mengenangmu. Aku hanya sedikit tersadar akan suatu hal.

Nathan,
Ada orang yang begitu benci dengan masa lalu. Bahkan ingin segera melenyapkan jejak-jejaknya dari lembar kehidupan. Aku baru tersadar akan satu hal. Bahwa masa lalu begitu banyak mengajarkanku tentang hidup. Saat aku belum mengenalmu, aku menganggap hidupkan akan berjalan normal seperti kebanyakan orang. Ternyata tidak. Entahlah, terlalu banyak kesenangan dan kesedihan yang jauh dari normal. Aku sempat berpikir keras mengapa semua masalah itu harus datang kepada aku yang begitu polos kala itu. Namun, aku mulai membuka mata bahwa Tuhan punya maksud mulia atas segala skenario yang Dia buat.

Nathan,
Kau tahu tidak? Tuhan memilih aku untuk mengalaminya karena aku istimewa. Tuhan tentu tidak akan memberi ujian di luar kemampuan hamba-Nya, bukan? Itu benar, Nathan. Aku merasakannya. Betapa Tuhan bertanggung jawab atas ujian yang diberikannya. Dia merangkulku kembali hingga aku berdiri saat ini. Aku selalu kagum dengan-Nya.

Hari ini ada banyak hal yang membuatku banyak sekali mengucap syukur. Hal yang kudenger hari ini  mengingatkanku bahwa aku pernah mengalami hal serupa. Hal yang sama-sama sangat menyakitkan. Di mana aku seakan terjatuh dalam mimpi buruk berkepanjangan.

Aku belajar banyak hal. Aku mulai mengerti mengapa Tuhan memilihku kala itu. Aku tahu rasanya, aku tahu persis. Aku paham betul bagaimana rasa sakit yang begitu menjalar dan menusuk hingga titik terdalam. Aku teringat bahwa aku pernah mengalami hal serumit itu. Sejak itu, aku tak pernah menyarankan orang lain untuk menyerah. Meski aku tahu setiap kisah pasti ada akhirnya.

Nathan,
Masa lalu yang begitu membekas itu adalah alasan kekuatanku hari ini. Meskipun aku seringkali mudah menangis menghadapi segala masalah. Percayalah, aku lebih kuat dari sebelumnya. Aku belajar menjadi dewasa sedikit demi sedikit, meski aku tahu sikapku jauh dari kedewasaan. Aku belajar merajut kesabaran, karena pada akhirnya sabar akan berbuah manis.

Entah sudah berapa kali aku berterima kasih pada masa lalu, pada Tuhan yang begitu apik mengatur segalanya. Tapi aku tak pernah bosan untuk itu. Masa lalu benar-benar mengajarkanku banyak hal. Bahwa hidup tidak selamanya seperti yang kita inginkan. Ada banyak hal yang harus manusia pahami. Bahwa Tuhan menunjukkan kehadiran-Nya melalui sebuah pelajaran hidup.

Nathan,
Sebanyak apapun aku berterima kasih kepadamu yang telah menjadi perantara pelajaran kehidupan, kamu tetaplah kamu. Yang mungkin masih berkutat dengan segala hal yang sama seperti dulu. Aku punya satu permintaan untukmu. Jadilah laki-laki sejati. Yang tak sekedar berpaut pada janji, tetapi juga pembuktian. Aku pernah merasakan sakit sebegitu dalam karenamu, Nathan. Aku harap tak ada lagi yang mengalami hal seperti itu. Aku yakin kau mengerti maksudku. Selesaikanlah urusan terdahulumu, jangan libatkan lebih banyak orang dalam satu kisah yang sama.  Lakukan apa yang memang seharusnya kamu lakukan. Aku harap segalanya baik.

Tara.

No comments:

Post a Comment

what do you think?