Wednesday, June 30, 2010

Moonlight Waltz

Monsieur Revaldo,


Aldo.... Aku nggak yakin. Apa aku boleh senang?


Apa kamu menerima permintaan Arlin buat putus begitu saja? Aldo, kamu juga pasti mengerti... Hati Arlin pasti hancur. Apa ini semu karena aku? Apa kalian putus karena... aku? Kamu akan membuatku dalam penderitaan, menanggung beban rasa bersalah.


Lagi pula, bukannya kamu dulu menolakku malam itu karena kamu punya Arlin? Aku sedih, sakit hati, sumpah--demi tetes hujan malam itu. Tapi, hal yang paling rendah adalah kalau aku dendam pada Arlin hanya karena dia benar-benar tulus mencintai orang yang juga kucintai.


Sebentar lagi UN dan UAS. Kalau kamu menghancurkan hatinya sekarang, kamu akan merusak masa depannya.... I love you, Do, tapi jangan korbankan Arlin demiku. Kumohon.


Oh, ya, sampaikan salamku pada semua yang ada di Bandung. Doaku terus menyertai. And, happy new year for all, walau sudah telat....


Liora Schneider










Itu tadi satu dari sekian surat yang dikirimkan Liora pada Aldo. Ups, tunggu dulu. Di sini aku lagi ngomongin soal Novel berjudul "Moonlight Waltz".
Novel karya Fenny Wong ini berhasil membuat hati aku ikutan ngilu >,<
Lets check it out












Singkatnya, Liora dan Aldo pernah jadian, tapi hanya disaat tour musik. Aldo adalah seorang pianis remaja yang sangat berbakat sementara Liora berbakat di bidang tarik suara. Aldo memilih memutuskan hubungan dengan Liora dengan alasan dia lebih memilih piano. Dia nggak punya waktu banyak untuk urusan remaja satu itu. Tentu aja Liora sakit hati. Hubungan keluarga Liora dengan Aldo sangat dekat. Lalu ada Arlin yang mengisi hari-hari Aldo. Cewek klub basket yang tadinya membenci musik klasik dan piano tetapi pada akhirny jatuh cinta dengan piano berkat Aldo. Aldo seseorang yang tidak pernah bisa jujur dengan perasaannya sendiri. Aldo tentu masih mencintai Liora, sedangkan Arlin diam-diam menyukainya. Suatu saat tanpa diketahui Arlin, mereka balikan. Kemudian, ibu Aldo yang tidak menyetujui anaknya di dunia piano dan menginginkannya menjadi seorang mahasiswa fakultas kedokteran menghentikan seluruh kegiatan Aldo yang berhubungan dengan piano. 


Lalu satu malam, Aldo kembali memutuskan hubungannya dengan Liora dengan gampangnya. Arlin yang saat itu ada di tempat kejadian sebelumnya pamit pergi tetapi Aldo dengan cepat meraih tangan Arlin dan menggenggamnya. Saat itulah Aldo memutuskan Liora dan berkata dia sudah resmi jadian dengan Arlin. Liora menangis di sana. Aldo lagi-lagi berspekulasi untuk memutuskan hubungannya dengan Liora. Aldo pergi dengan menarik tangan Arlin, Arlin pun tak dapat berbuat apa-apa lagi. Tapi, rasa bersalah dalam hati Arlin begitu besar. 


Hingga pada saat Liora memutuskan untuk pindah ke Paris melanjutkan kuliah di sebuah universitas yang berhubungan dengan cita-citanya. Aldo menjauh dari Arlin. Ia bilang ia disibukkan dengan les. Tapi yang akhirnya diketahui Arlin adalah Aldo mengikuti les bahasa Jerman dan Aldo baru memberitahu bahwa ia juga akan pindah ke Jerman untuk melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran. 


Malam itu... Sebelumnya Aldo menitipkan sebuah amplop yang berisi partitur untuk Arlin belajar piano. Di dalamnya ada sebuah lirik lagu yang berjudul "Moonlight Waltz" dan bertuliskan nama LIORA. Saat itu Arlin langsung menuju rumah Aldo dan mendapati Aldo, papanya, dan... Liora sedang berdiri di depan rumah Aldo. Di situ Aldo mengatakan perkataan yang menyakitkan bagi Arlin, seperti "Iya. Yang diminta ke sini cuma Liora." atau "Lin, sori, les-les bahasa Jerman yang kuambil bikin aku capek. Dan, pusing. Apa kamu nggak bisa ngerti?"
dan hal yang mengejutkan adalah saat Aldo berkata, "Oke, di sela-sela semuanya, aku bikin lagu. Sama Liora. Mungkin itu yang nggak aku omongin ke kamu. Tapi, aku bener-bener capek sama semua les yang tiba-tiba ada."


Partitur yang mereka buat hilang. Diam-diam Arlin sadar bahwa yang mereka maksud adalah "Moonlight Waltz" yang tadi ditemukan di dalam amplop itu.
Lagi-lagi Aldo dengan cueknya berkata di depan Arlin, "Itu satu-satunya hadiah yang bisa aku kasih.... Apalagi, besok aku nggak bisa nganter kamu..... Kalau gagal begini, kamu mau aku nyesel seumur hidup?"


atau


"Aku tambah kesal karena kamu yang ngelarang aku. Apa salahnya, sih, nganter kamu?"
Padahal di situ ada Arlin yang menatap langsung dan mendengarnya. Kalo aku sih refleks akan bilang, "Lo gak tau diri banget ya! Dengan seenaknya ngomong begitu ke cewek lain sementara cewek lo di sini nyaksiin?!" Wiiih mantep kaaan imajinasi aku hahahah.


Akhirnya setelah perbincangan itu, Liora pulang dan Aldo lagi-lagi dengan cueknya masuk dengan hanya berkata, "Pulang. Kalau kamu di sini lebih lama, bisa-bisa kamu tambah kesel." Tanpa berbuat hal lain lagi selain masuk ke rumahnya. Oh Gooood! Cowok macam apaaaaa itu. ckckck.


Arlin pulang ke rumah dan adiknya akhirnya menyadarkannya. Pukul dua pagi dia langsung bergegas ke rumah Aldo dan menyerahkan partitur yang dimaksud Aldo dan Liora.
Arlin mengeluarkan isi hatinya, 
"Aku tahu! Maafkan aku. Padahal, harusnya, aku tahu hatimu pasti hancur kalau kamu nggak dapetin kertas ini malam ini juga. Aku iri, Do. Aku kayak diingtkan, berapa lama pun kita bersama, kamu nggak mungkin cinta sama aku kayak kamu cinta sama Liora,"


"Hubungan kita nggak akan pernah bisa awet. Harusnya, aku udah tahu itu dari awal."
"Aku sama kamu, kayak aku dan basket. Aku pikir, pertemuan kita kayak takdir. Tapi, itu salah. Kita nggak akan bisa... buat jadi lebih dari sahabat."
"Kamu orang yang selalu sama, yang selalu nggak pengen ngubah keadaan. Padahal, kamu tahu semuanya salah, kan?"
"Aku yang kamu bilang nggak punya daya juang, menekan bel rumah kamu berkali-kali pada pukul dua subuh. Semua itu buat menebus kesalahanku. Aku punya kesempatan, begitu juga kamu! Kalau kamu cinta, kejar!"


Aldo akhirnya membawa mobil papanya dengn berucap, "Makasih Arlin. You're the best best best friend I've ever had."


Di suratnya yang terakhir, Liora menuliskan,
"...Di balik semua yang sudah kita lalui, akhirnya aku merasa, kita mendapatkan apa yang disebut kebahagiaan. Rasanya sama seperti waktu di Japan Tour dulu. Aku berharap Arlin juga dapat cepat bertemu cinta sejatinya dan merasakan bahagia juga.."


dan


"..P.S. Mungkin ini takdir? Karena, berapa kali pun kita berpisah, kita selalu berbaikan lagi. Atau, itu karena aku yang selalu keras kepala? Hahahaha."


Deg


Juga di bandara saat Aldo hendak berangkat ke Jerman,
"Selama ini, kamu hidup di dalam kisahku. Dan Liora, mungkin. Tapi, kami berdua benar-benar berharap, suatu hari kamu bakal menemukan kisahmu sendiri."


Deg


dan air mata mengalir begitu saja di pipiku. Waktu liat cermin, waaaaaa bengkak plus merah lagi. Abis pas baca berasa banget nyeseknya. Padahal mungkin ini biasa terjadi, tapi tau nggak, apa yang jadi alasan aku bener-bener bisa ngerasain sensasinya??

Touching banget deh pokoknya...
Apa mungkin karena......
Kenapa ya, baca bagian di akhir-akhirnya bikin merinding plus berasa ngilu di sini, di hati...
Nyeri banget rasanya, maybe 'cause those characters are live in my real life..
: (


Di akhirnya, meskipun Aldo dan Liora long distance, hal yang sempat dikhawatirkan Aldo juga, toh Aldo akhirnya bisa karena memang dia ada 'cinta' untuk Liora..


P.S. Posisi jadi Arlin emang nyesek banget nget nget deh pokoknya. Bayangin aja, jadian sama orang yang ternyata cintanya masih buat mantannya. And maybe they're a true love couple. Dan di sini masih mending juga si Lioranya itu masih baik, bukan justru selalu nyalahin Arlin. Dia justru merasa bersalah. Emang sih jadi Liora tuh sakit juga beberapa kali diputusin dengan cara nggak ngenakin, tapi at least dia dapetin Aldo sebagai cinta sejatinya. Dan buat dia mungkin happy ending. Itu lebih baik dan jauuuuh lebih baik dibandingkan harus punya hubungan yang bisa dibilang "palsu". Karena cinta Aldo nggak pernah ada untuk Arlin. Kasian ya, Arlin. Sakit banget!!!


recommended this novel!!




Moonlight Waltz

Terdengar waltz of the moon,
darimu untukku
di bawah bulan kita bersama
apa tarian ini berlangsung selamanya?

Jadilah valse de la lune, 
dentingkan nadamu
terpisah malam, dijembatani cahaya
apa kau sudi bersumpah untuk setia?

Menarilah moonlight waltz,
hingga pagi pun
enggan dengar perpisahan
apa esok malam akan menjemput kembali?

Katakanlah, shall we dance forever?







4 comments:

  1. makasih b^^d
    kalo gitu boleh tuh pollingnya di atas diisi ya :D

    ReplyDelete
  2. Thanks for enjoying~!
    Selalu seneng bisa baca review buat Moonlight waltz. Apalagi yang panjang begini, puas deh bacanya. Ternyata bisa inspire and touch people dengan kata-kata ini. :)

    ReplyDelete
  3. kak fenny wong:
    waaaah terimakasih juga kak udah baca blog aku, dan aku baru baca commentnya setelah kakak nulis di chat boxnyaa maaf ya kak.
    iya novel ini lebih miriiiip banget sama kenyataan yang aku alami.

    ReplyDelete

what do you think?