Monday, June 14, 2010

Rindu... Kutemukan satu kata yang bergejolak di sini, di hati...

Rindu...
Satu kata yang pantas menggambarkan apa yang sedang kurasa...

Hari ini, entah mengapa untuk yang kesekian kali...
Langkah kaki ini membawaku menelusuri lagi tempat yang biasa-tapi memiliki banyak arti-itu.
Di dalam angkutan umum seorang wanita paruh baya mengenakan jilbab tapi dengan asyiknya merokok. Ia membagi kepulan asap rokok itu kepada seisi penumpang. Agak risih memang, tapi kupikir, aku malas untuk turun lagi dan kembali menunggu, sendiri.
Ya, sendiri.. satu kata lagi yang tepat menggambarkan keadaan ku sekarang. Semua telah berubah, aku sudah tidak punya kawan untuk pulang ke rumah, menunggu angkutan umum, meski beda, setidaknya aku punya teman bercengkerama. Tapi tidak dengan akhir-akhir ini. Hidupku sedikit berubah dan berbeda. Ya, sedikit. Atau mungkin banyak? Entahlah.


Aku juga tak tahu alasan mengapa aku menumpangi sebuah angkutan umum yang berbeda dari yang biasa mengantarkan ku menuju rumah. Apa kali ini masih sama? Sama seperti tempo hari yang membuat langkahku tergerak menuju tempat itu lagi? 

Sepi. Kesepian. Mungkin rasa itu yang begitu kuat menarik langkahku menuju tempat itu, lagi. Aku tak begitu suka ke tempat itu sendiri, karena aku pasti butuh referensi dari seseorang siapapun itu.
Aku datang seorang diri, melangkah dengan langkah gontai. Cukup lelah, hari ini berpuasa tanpa sahur. Aku tahu, orang tuaku takkan mengizinkan aku berpuasa tanpa sahur, tapi apa boleh buat. Aku sudah terlanjur menguatkan azzam. 

Suasananya masih sama.. Tapi berbeda.. Entah mengapa. Aku sulit menemukan kosa kata. Suasana yang sama namun dengan keadaan yang berbeda. Buku-buku itu masih merekat pada rak-rak yang tak pernah bosan dikunjungi orang banyak. Dan lagi-lagi kakiku kembali melesat pada satu rak yang tak pernah kulupa sesuatu pernah terjadi di sana. Aku memandangi buku-buku yang tertata rapi di hadapanku. Diantaranya, masih banyak buku yang persis kulihat saat enam bulan silam. Aku terdiam, bukan sesaat tapi untuk waktu yang lama. Hanya memandangi buku-buku itu tanpa menyentuhnya.

Rindu...
Satu kata itu... 
Bukan kata, tapi rasa....
memuncak dan membuncah..
hening yang kubuat pada diriku sendiri membuat suasana diriku membeku sesaat..
rindu itu begitu terasa menusuk saat aku berdiri di situ, di tempat itu..
aku sesekali menoleh pada sisi kiri tubuhku, tapi bayangan itu terpecah membaur bersama suasana itu. Suasana yang tanpa sadar kubuat sendiri. Karena orang-orang di sekelilingku nyaman-nyaman saja dengan suasana ini. Dingin, kaku... Hatiku sesaat membeku tanpa ada yang mampu mencairkannya.

Aku kembali menoleh, berharap aku masih bisa melihat bayang itu.
Aku sesekali menangkapnya, duduk setengah jongkok..
Menengadahkan kepala entah menatap aku atau bukan. Aku tak melihat jelas karena aku hanya bisa meliriknya. Mengucapkan beberapa kalimat yang membuatku merasa kehilangan suara-suara lain di ruangan itu.
Enam bulan lalu saat keadaan belum berubah, aku masih dapat mengumpat senyum..
tapi kini, yang aku umpat hanyalah sebuah bulir bening yang lagi-lagi menitik di ujung mataku.

Aku sama sekali tidak menginginkan ini...
Tak ada seorang pun yang menginginkan sebuah perpisahan.
Aku benci saat menemukan diriku tak berdaya, 
diriku yang rapuh..
Aku benci melihat diriku begini..
Aku ingin keluar dari lingkaran ini, namun Tuhan punya rencana-Nya sendiri yang akan indah pada waktunya..

Ya, inilah hidup..
Terkadang kita memilih orang lain untuk bahagia dengan belajar dari kesalahan kita sendiri..
Tanpa disadari..
Terkadang teori lebih berarti dibanding yang kita lakukan. Kita merasa dapat melakukannya hanya karena kita mengerti teorinya, tapi buktikan!
Itu yang sulit orang lakukan.
Aku lebih memilih membagi pelajaran yang telah kudapat pada orang lain, agar ia takkan merasakan hal yang sama seperti aku. Dalam setiap masalah hidup, kupikir, cukup aku yang begini dan terakhir.. Tak boleh ada selanjutnya...

Terkadang pula saat kita sudah menyadari bahwa kita melakukan suatu kesalahan besar, dunia justru seakan tak adil, tak memberi sebuah kesempatan untuk memperbaikinya..
Hingga yang tersisa hanya penyesalan......

Aku takkan pernah tahu tanpa terjatuh..
Aku takkan pernah mengerti tanpa mengenal..
Yang terkadang terlupa adalah kita tak melakukan semua dengan proses yang runtut...
tergesa-gesa dalam sebuah tindakan, keputusan juga ucapan..

Diri kita adalah musuh terbesar kita..
Sadarilah, dan ego akan membunuh hati yang rentan ini secara perlahan.....

Satu hal yang tertanam dalam diriku,  
aku tak pernah ingin menyesali setiap lembar kisah dan kenangan yang pernah terlewati dalam hidupku...
Biarlah semua menjadi bagian dalam hidupku...
Meskipun pahit, jadikan itu sebuah pelajaran berharga.....




Kita takkan pernah tahu sebelum terjatuh dan kembali mencobanya....





Ketika rindu mengikat erat tubuhku, menekan dan menghimpit jantungku, takkan ada pilihan terbaik selain membiarkannya mengalir.. biarkan dua sungai mengalir di pipiku, karena tidak bisa menangis adalah hal yang lebih menyakitkan dibanding sakitnya tangisan itu sendiri....
karena menangis adalah anugerah..dan menangis bukan menandakan dirimu lemah, justru menunjukkan kerendahan hatimu...
tapi jika sudah cukup, hapuslah dan kembali menantang derasnya ombak di lautan dengan senyum seorang hero :)

The life must go on


2 comments:

  1. Mau ngomen apa lupa.. ==a
    hmm ngasih pepatah aja dah..

    Hidup itu seperti bermain njot-njotan, kadang diatas kadang dibawah

    ReplyDelete
  2. Yap lupa nambahin kata kata itu
    Itulah yang namanya fase kehidupan,
    kita nggak selalu ada di atas, tapi ada saatnya kita dibawah :)
    tapi btw ga enak banget njot njotan -,-

    ReplyDelete

what do you think?